Cara Belajar Itu Hanya Mitos

Mitos besar di dunia edukasi.

Kita semua sepakat masing-masing orang memiliki cara belajar favoritnya (kesukaan cara belajar).

Ada yang mengaku lebih paham kalau belajar secara visual (visual learner) atau ada lebih paham jika pakai cara lain.

Hal itu sah-sah saja karena “kesukaan” sesuatu yang tidak pasti, dan susah untuk mengukurnya secara objektif.

Tapi ada satu hal yang bisa diukur, yaitu tingkat keefektifan dari cara belajar yang sesuai dengan kesukaan orang tertentu.

Sebuah penelitian dilakukan dengan melakukan grup kontrol dengan minimal 2 kelompok orang yang mengaku visual learner dan satu lagi mengaku reading/writing learner.

Masing-masing kelompok itu dibagi menjadi 2 bagian, kemudian dicampur ke kelompok lain.

Jadi sekarang ada 2 kelompok, tiap kelompok berisi 50% yang mengaku visual learner 50% mengaku reading/writting learner.

Kemudian kelompok pertama diberikan materi secara visual, kelompok kedua diberi materi secara textual.

Setelah itu semua peserta ditest dengan soal untuk menguji pemahaman akan materi yang diberikan.

Jika cara belajar yang berbeda-beda itu memang beneran ada, harusnya 50% orang yang mengaku visual learner akan lebih tinggi nilainya jika masuk pada kelompok yang diberikan materi secara visual daripada 50% yang mengaku writing/reading learner.

Begitu juga sebaliknya, seharusnya 50% yang mengaku writing/reading learner yang masuk pada kelompok kedua, yakni yang diberikan materi textual akan lebih tinggi skor test nya daripada 50% yang visual learner.

Ternyata apa hasilnya? Nihil, tidak ada perbedaan, orang yang mengaku visual learner nilainya tidak lebih baik dari orang yang mengaku writing/reading learner di dalam kelompok yang diberikan materi secara visual.

Begitu juga di kelompok kedua, orang yang mengaku writing/reading learner nilainya tidak lebih baik dari orang yang mengaku visual learner padahal materinya berupa teks / bacaan.

Dari penelitian tersebut diketahui bahwa sebenarnya cara belajar hanyalah mitos saja, tidak ada bukti secara ilmiah.

Bahkan penemu ide VARK (Visual, Auditory, Reading, Kinestesthic) menjelaskan bahwa dia menemukan fenomena cara belajar tersebut BUKAN dari hasil penelitian, melainkan hanya pengamatan pribadi (asumsi).

Jadi ya benar, kamu bukan visual learner, auditory learner atau yang lainnya, itu hanya mitos.

Makanya ketika saya menulis ebook banyak yang bilang, saya gak suka baca, sukanya visual pake video saya pun gak begitu khawatir.

Nyatanya banyak kok yang ngaku suka video tetep sangat paham ketika belajar dari teks.

Saya pun tetap pada akhirnya meneruskan projek https://literasikode.com sebagai upaya untuk mengedukasi tentang programming lewat teks di tengah-tengah gegap gempita video-video pembelajaran yang katanya “visual”.

Jika cara belajar hanya mitos, kira-kira apa menurutmu yang bikin orang lebih cepat nangkep materi tertentu?

Baca juga


Penulis artikel
Muhammad Azamuddin
Indiehacker & Fullstack Web Developer

Muhammad Azamuddin merupakan seorang Indie hacker dan profesional fullstack web developer dengan pengalaman lebih dari 10 tahun. Selain itu dia juga menulis ebook best-seller buku-laravel-vue.com dan ebook lainnya di literasikode.com.

Dia juga merupakan profesional fullstack developer untuk Toptal

IG: @mas.azamuddin
FB: fb.me/script.holic
Email: mas.azamuddin@gmail.com
Homepage: azamuddin.com